Tidak bisa dibantah bahwa acara pertelevisian Indonesia telah mencapai taraf yang memprihatinkan. Televisi yang sedianya merupakan hiburan paling mudah dan murah telah banyak sekali diisi program-program acara seperti sinetron remaja dan acara show yang jauh dari kata bermutu. Bahkan beberapa acara musik show kini berubah menjadi acara yang tidak jelas yang diisi candaan murahan para artisnya (artis? you gotta be kidding me?) Gelombang protes dari sebagian masyarakat (catat: hanya sebagian) dan sanksi tegur dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) ternyata tidak efektif karena acara yang bersangkutan masih saja tayang sampai sekarang. Kali ini, TS akan rangkum beberapa penyebab acara-acara "bermutu" seperti sinetron tetap tayang sampai sekarang.
1. Acara Tersebut Penontonnya Banyak
Kita bisa saja bilang kalau kita sudah jarang nonton televisi lagi, mendingan browsing, nonton film via laptop atau bermain game. Yup, golongan masyarakat yang sudah melek teknologi tentu sulit dibohongi oleh hal-hal murahan yang ada di sinteron atau acara-acara TV lainnya. Tetapi bagaimana dengan anggota masyarakat lain yang tidak beruntung mempunyai akses teknologi atau internet dan menggantungkan satu-satunya hiburan hanya dengan menonton televisi? Mereka tentu tidak bisa berbuat apa-apa dan terus dijejali dengan berbagai macam acara-acara yang ada di televisi terutama kebohongan dan mimpi palsu ala sinetron. Dan harus diakui jumlah masyarakat golongan itu jauh lebih banyak. Tidak percaya? Tidak usah jauh-jauh, di rumah semua anggota keluarga selain kita hampir pasti menonton sinetron, dari bapak, ibu, adik, bahkan pembantu dan sopir. Di rumah saja rasio antara yang anti dengan yang nonton sinetron saja sudah 1 banding 5. Bagaimana kalau diluar sana?
2. Sistem Rating yang Masih Menjadi Acuan
2. Sistem Rating yang Masih Menjadi Acuan
Poin ini masih behubungan dengan poin sebelumnya. Ada dua kekuatan utama yang meyokong sebuah acara televisi yaitu rating dan jumlah pemasang iklan (komersial). Jumlah penonton suatu acara tentu sangat mempengaruhi tinggi rendahnya rating. Suatu acara yang penontonnya banyak tentu akan memperoleh rating yang tinggi. Terus apakah kualitas suatu acara mempengaruhi tingginya rating? Jawabnya bisa iya bisa tidak tapi tingginya rating juga tidak serta merta mencerminkan acara tersebut berkualitas. Tetapi yang jelas, rating merupakan nilai jual sebuah acara bagi para pemasang iklan. Makin tinggi rating makin tinggi pula nilai jual acara tersebut di mata para pemasang iklan. Dan itu berarti adalah pemasukan bagi stasiun TV yang bersangkutan.
3. Pendapatan dari Iklan yang Tinggi
3. Pendapatan dari Iklan yang Tinggi
Kita semua tahu kalau pendapatan utama dari sebuah stasiun TV swasta adalah iklan. Sebuah stasiun TV swasta ternama bahkan mampu meraup trilyunan rupiah dari total pendapatan iklan pertahunnya. Dari angka tersebut sekitar 30% berasal dari tayangan sinetron, jauh melebihi acara film barat yang hanya mendapatkan 10%. Tentu saja banyaknya iklan yang berbanding lurus dengan tinggi rendahnya rating. Makin tinggi rating makin banyak iklan yang didapat. Jadi tidak heran sebuah tayangan sinetron selama ratingnya masih tinggi akan tetap tayang sampai ratusan bahkan ribuan episode. Dan sebuah tayangan sinetron akan buru-buru diakhiri jika ada indikasi penurunan rating yang signifikan. Jadi tahu kan sebabnya kenapa ada sinetron yang tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba tamat, bahkan dengan ending super aneh sekalipun?It's all about a good bussiness, nothing more...
4. Biaya Produksi yang Rendah
4. Biaya Produksi yang Rendah
Sebenarnya TS belum mengetahui secara pasti berapa biaya produksi per episode sinetron. Tetapi ada sesuatu yang menarik yang disampaikan oleh Manoj Punjabi selaku CEO MD Animation, anak perusahaan MD Entertaintment yang memproduksi serial animasi Sopo & Jarwo. Menurutnya, biaya produksi per episode Sopo & Jarwo sangat besar, setara dengan biaya produksi 40 episode sinetron. Padahal kita tahu serial animasi ini cuma berdurasi 30 menit. Bandingkan dengan durasi sinetron yang bahkan mencapai 2 jam. Apakah memang sedemikian rendah biaya produksi per episode sinetron? Logikanya begini saja, sinetron kita selama ini menganut sistem kejar tayang untuk nongol di TV setiap hari sehingga PH yang bersangkutan akan berusaha mati-matian agar target jadwal tayang tercapai. Hal ini jelas mempengaruhi kualitas sinetron yang bersangkutan seperti script skenario yang agak absurd, setting properti yang asal jadi atau akting pemain yang acak adut. Yang penting, asalkan tayang itu sudah aman. Low budget? Silahkan nilai sendiri, tetapi yang jelas dengan kualitas konten seperti itu, sebuah stasiun TV tetap berpotensi mendapatkan pemasukan iklan yang besar per-episodenya.
5. Lemahnya KPI Terhadap Tayangan Lokal
5. Lemahnya KPI Terhadap Tayangan Lokal
KPI memang harus diakui cukup ketat dalam mengawasi acara-acara televisi. Tayangan yang berisi adegan yang sekiranya dinilai mengumbar kekerasan baik verbal maupun non verbal serta berbau sensualitas tanpa ampun akan mendapatkan sanksi baik berupa teguran tertulis sampai pelarangan tayang. Sehingga tidak heran hal ini memaksa semua stasiun TV melakukan sensor di beberapa film baik film kartun maupun Hollywood. Adegan-adegan aksi seperti adegan baku hantam dan baku tembak dipotong-potong sampai batas yang sulit dinikmati. Bagaimana dengan tayangan sinetron? Amaaan!! Banyak sinetron laga yang tetap menyajikan adegan perkelahian tanpa sensor. Meskipun beberapa kali teguran dilayangkan KPI terkait materi kekerasan, tetap saja tidak ada perubahan yang berarti. Standar ganda? Entahlah.
6. Rendahnya Animo Masyarakat Terhadap Acara Berkualitas
6. Rendahnya Animo Masyarakat Terhadap Acara Berkualitas
Rating masih menjadi raja di pertelevisian kita. Tayangan yang mempunyai rating tinggi akan nyaman nangkring di slot prime time. Sudah dijelaskan bahwa rating tidak serta merta mencerminkan kualitas tayangan. Rating hanya menunjukkan berapa jumlah penonton suatu tayangan televisi dengan angka yang didapat dari survey. Jika sebuah tayangan mendapat rating tinggi, berarti memang itulah jenis tayangan yang disukai oleh penonton. Tidak bisa dibantah bahwa tayangan sinetron selalu mendapatkan rating tinggi. Jadi tidak sepenuhnya salah stasiun TV yang bersangkutan karena mereka hanya mengikuti selera masyarakat sebagai penonton. Lagipula stasiun TV tentu akan malas keluar dari zona nyaman tersebut, dengan menayangkan sebuah acara TV jenis lain dengan resiko rating rendah. Dan dari situ sudah ketahuan bukan bagaimana selera masyarakat kita? (kaskus)
Social Plugin