Para mahasiswa itu dengan lantang pakai pengeras suara berteriak menuntut ini dan itu kepada pemerintah di depan Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (28/10/2015). Ban pun dibakar persis di sisi luar gerbang gedung wakil rakyat itu.
Padahal Wakil Ketua DPR Fadli Zon sempat datang dan berjanji membawa aspirasi mahasiswa itu kepada pemerintah. Tetapi mereka berkukuh melanjutkan aksi hingga mentari terbenam dan sang purnama menyapa.
Aturan tetaplah aturan, bukan salah aparat kepolisian untuk melakukan tindakan tegas yang sebetulnya sudah sangat ditoleransi. Demo pun bubar pada pukul 18.56 WIB, tepat ketika adzan isya berkumandang.
Tampak coretan-coretan dengan kata-kata tak pantas pada dinding marmer pagar gedung. Tak cuma itu, sisa-sisa botol dan sampah lain hingga bekas bakaran ban ditinggalkan begitu saja oleh para mahasiswa itu.
Tinggallah beberapa tukang sapu yang terpaksa kerja lembur akibat ulah para mahasiswa. Sayup-sayup terdengar suara perempuan paruh baya mengeluh.
"Ya ampun... Padahal mestinya pulang sore, jam segini masih harus bersihin semua. Emang dasar, dah," keluh si ibu tukang sapu itu.
Si ibu bercerita bahwa biasanya dia kembali ke rumah pukul 16.00 WIB atau paling tidak jam 17.00 WIB. Masih ada keluarga yang harus dia urus, mulai dari menyiapkan makan malam hingga pekerjaan rumah tangga lainnya.
Tetapi tadi itu waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Si ibu dan beberapa teman lain masih harus mengayunkan sapu lidi, memasukkan sampah ke plastik, dan mengumpulkan di tempat pembuangan sementara.
"Ini harus sampai bersih malam ini juga. Kalau tidak, bisa jelek nanti. Besok pagi juga harus balik lagi ke sini," keluh ibu yang juga rakyat kecil itu lagi yang mungkin belum terwakili dalam demo mahasiswa.
Social Plugin