Microsoft adalah raja komputer desktop, tak dipungkiri. Bagaimana tidak, Windows OS bisa Anda temukan di setiap komputer yang ada di tiap kantor dan rumah. Tapi tampaknya kuasa sang Raja semakin pudar tak lepas dari terus berkembangnya teknologi komputer tablet dan smartphone.
Poplaritas tablet yang didahului dengan iPad di tahun 2010 lambat laun menjadikan konsumen lebih memilih tablet ketimbang komputer desktop. Fungsi keduanya barangkali memang tidak bisa dibandingkan mengingat masing-masing memiliki keunggulan berbeda tetapi faktor mobilitas, kemudahan serta tren menjadikan tablet terus menjadi gadget yang diperlukan, bukan sekedar diinginkan oleh komsumen. Sebagai dampaknya, komputer desktop secara perlahan surut meskipun banyak ahli mengatakan bahwa tablet tidak bisa menggantikan peran komputer, juga sebaliknya.
Dengan kata lain, saat komputer desktop turun pamor maka Microsoft sebagai penyedia Windows OS juga menjadi pihak yang dirugikan. Karena itulah Microsoft pada tahun 2012 menyiasatinya melalui rilis Windows 8 yang merupakan OS untuk desktop dan tablet. Namun apakah langkah Microsoft merilis platform desktop/tablet pertama tersebut tepat dan sukses?
Analis pasar Roger Kay dari Forbes mengatakan alasan Microsoft masih bisa bertahan di tengah persaingan adalah karena konsumen belum mengetahui ada banyak alternatif selain Windows OS. Menurut Kay, para konsumen yang telah menggunakan komputer Windows selama bertahun-tahun tidak berani mencoba software lain seperti buatan Apple atau Google sehingga setiap kali membeli PC, mereka akan tetap memilih Windows PC. Menurutnya Microsoft hanya melakukan layanan ‘sewa’ terhadap Windows OS miliknya agar konsumen tetap bisa menggunakannya.
“Microsoft membangun bisnis sumur di bagian kaki bukit tempat populasi berkumpul dan membutuhkan air. Microsoft memonopoli persediaan air dengan memberlakukan biaya sewa untuk air ‘ajaib’ miliknya. Tidak perduli ada banyak sumur lain di luar sana yang menawarkan tarif lebih murah, banyak orang masih setia datang ke kaki bukit untuk mendapatkan air ajaib dari sumur Microsoft.”
Kay juga mengkritisi kesalahan dan kegagalan yang dibuat Microsoft selama 10 tahun ini. Harga yang dipatok Microsoft untuk Windows OS dinilai Kay telah melukai konsumen tanpa pemikiran akan dampaknya di kuartal setelahnya. Pegawai Microsoft disebut Kay takut untuk berbuat sesuatu kecuali mengikuti kebijakan politik perusahaan serta saling menggagalkan proyek gagasan kawannya. Kultur perusahaan semacam itu disebut Kay sebagai pemicu hengkangnya para jenius yang dimiliki Microsoft, seperti pimpinan Windows Steven Sinofsky dan Craig Mundie yang merupakan pimpinan riset dan strategi.
Hal sederhana yang dicontohkan Kay adalah kegagalan Microsoft dalam menamai produknya. Lihat saja ‘Metro’ interface di Windows 8 dan ‘Bing’ search engine yang tidak mampu menjadi kata kerja baru dalam kamus bahasa Inggris, berbeda dengan ‘Google’ yang telah menjadi kosakata baru dalam pembicaraan sehari-hari.
Lebih jauh Kay meminta Bill Gates untuk mengambil alih Microsoft dan meminta CEO Steve Ballmer keluar dari Microsoft. Menurutnya, Ballmer adalah sumber masalah di Microsoft dan bertanggungjawab atas banyaknya kebijakan keliru yang dibuat Microsoft. Untuk bisa bersaing dengan Apple dan Google, Microsoft harus segera berbenah…
Social Plugin